Posts

Api Didepan Mata

Image
I5 January 2021. Sekitar pukul 18:53 WIB, terdengar suara berteriak "KEBAKARAN!!!!" . Tak kusangka bisa berada dalam situasi ini. Biasanya aku hanya melihatnya di berita TV Saja. Masih terasa kuingat jelas saat aku keluar kamar dan asap tebal dan menyengat memenuhi ruang tamu rumah kami. Bingung . . . . cemas. Entah barang apa dulu yang harus kubawa untuk diselamatkan. Akhirnya aku mengambil tas tangan yang terakhir kupakai, Ipad, HP dan laptop kantor yang saat itu ada dijangkauanku. Orang tua dan adik-adik sibuk menyelamatkan dokumen-dokumen berharga. Aku segera lari ke luar rumah - tanpa masker. Sudah banyak orang yang berkerumun di depan rumah kami. Para Pria muda & Bapak-Bapak sigap menyiram rumah yang terbakar. Api semakin membumbung tinggi melahap kayu-kayu dari rumah malang yang terbakar. Suara teriakan banyak terdengar. Orang-orang terlihat kalang kabut karena kejadian kebakaran rumah ini belum pernah terjadi di pemukiman kami sebelumnya. Rumah yang terbakar tsb

Thinking Out Loud

Saya belumlah menjadi seorang Traveler sejati dimana bisa memusatkan waktu saya full untuk menekuni hobby saya ini. Saat ini, traveling lebih bermakna sebagai jalan untuk melepaskan penat dan sesak yang menghimpit melalui rutinitas yang saya jalani setiap harinya. Ya...mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya hal ini sangat penting untuk diperhatikan. Kesehatan mental atau pikiran juga harus dijaga loh, bukan hanya kesehatan jasmani saja. Seseorang yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan "me time' dan 'reward" bagi dirinya sendiri jauh lebih positif untuk menghadapi hiruk pikuk kehidupan setiap waktunya dibandingkan dengan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah melepaskan diri sejenak dari kesibukannya. Hal ini terjadi pada diri saya sendiri. Biasanya saya akan mengambil waktu istirahat di pertengahan tahun karena waktu itu adalah waktu yang tepat untuk re-change pikiran dan tenaga saya melalui traveling. Pada waktu tsb, saya mencapai titik lelah. Lel

Melek Teknologi

Hobby saya sebagai traveler sangat berkaitan erat dengan yang namanya Teknologi. Sebut saja teknologi yang paling basic adalah mengenai fotografi untuk mendokumentasikan seluruh foto yang saya ambil saat traveling. Teknologi lainnya seperti blog untuk menuangkan semua cerita dan pengalaman saya, vlog untuk mendokumentasikan video-video saya dan teknologi lainnya seperti sosial media (Fesbuk, Instagram, Twitter, Youtube, dll). Cerita-cerita yang muncul selama saya melakukan perjalanan ke berbagai destinasi wisata sangat sayang rasanya jika hanya berlalu setelah saya kembali ke Jakarta. Dulu jamannya teknologi belum sepesat saat ini, setiap cerita yang saya alami hanya saya tuangkan di buku diary dimana semakin lama menulis semakin pegal tangan saya. Hahaha. Saya sebenarnya tipe orang yang kurang update atau istilah kerennya KuDet dimana saya tidak terlalu memperhatikan mengenai perkembangan teknologi. Asalkan saya punya akun Fesbuk atau Instagram, yasudah... saya hanya sekedar meli

Japan or South Korea?

Image
Pertanyaan yang sering saya terima : jadi bagusan Jepang atau Korea???!!! Untuk menjawab pertanyaan diatas, berarti saya harus mengunjungi kedua negara tsb untuk bisa merasakan sendiri feel traveling di kedua negara. Ini pengalaman pertama saya ke Jepang dimana saya masih buta untuk semua hal tentang Jepang. Dulu semasa kuliah, saya sih mengambil jurusan bahasa Jepang tapi ilmunya cuma bertahan di dalam kelas saja karena nggak pernah dipakai :P. Memang dasarnya dari awal sudah sering di doktrin sama drama korea, K-POP, dkk dan kebetulan saya sudah pernah ke Korea Selatan, jadi banding membandingkan segala hal yang saya temukan di Jepang menjadi lumrah dilakukan. Dan inilah perbandingan Jepang dan Korea Selatan menurut pengalaman pribadi saya ya : 1. Orang lokalnya sama-sama ramah tapi saya lebih merasakan keramahan orang lokal di Jepang. Walaupun saya tidak mengerti bahasa Jepang dan mereka juga jarang ada yang bisa berbahasa Inggris, tapi mereka selalu cepat tanggap ketika ka

Antar Kota Antar Negara

Dimana ada harga murah disitulah diperlukan perjuangan untuk traveling. Namanya juga bukan luxury traveler jadi harus banyak akal untuk memperketat biaya pengeluaran. Hehehe. Berawal dari pengalaman libur lebaran tahun lalu yang gagal total karena full seminggu di rumah dan tidak kemana-mana, akhirnya tahun ini, gue dan Kak Pesta (the only one sister I have) memutuskan untuk harus pergi traveling. Gue inget banget waktu itu di bulan Januari 2017 saat kami sedang menemani adik bontot kami di operasi, Gue, kak pesta dan Duben (my brother) sibuk ngutak-ngatik Traveloka, Trip Advisor dan Booking.com untuk cek ticket murah pas keberangkatan libur lebaran tahun ini. Hahaha...kayaknya kami tega banget ya malah merencanakan liburan disaat si bontot lagi di operasi, tapi percayalah he's really OK right now (operasi kecil kok). Nah pas lagi ngulik web itu, muncul lah beberapa option tujuan negara yang plan akan dikunjungi. Mulai dari Singapore, Malaysia, Korea, Japan sampai London. Ke

Apply visa Korea Selatan susah?

Kalau saya ditanya : susah nggak sih apply visa Korea Selatan? Jawaban saya :  TIDAK! Lebih susah apply buat nikah kayaknya. Hehehe. Menurut saya, Korea Selatan sangat memberikan kemudahan bagi para Traveler untuk memasuki negaranya yaitu dengan mempermudah proses pembuatan visa. Saya sudah pernah apply visa Korea Selatan 2x....yang pertama di November 2012 dan di awal November 2016. Selang 4 tahun, namun menurut saya pelayanan yang diberikan oleh Consular Pengajuan visa tetap cepat, teratur dan para petugas yang bertugas tetap ramah dengan pelayanan yang maksimal. Berdasarkan persyaratan pembuatan bisa di website Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia (http://idn.mofa.go.kr), dokumen yang disyaratkan untuk visa kategori Kunjungan Wisata dan Wisata Keluarga (C9) cukup simple yaitu : - Paspor asli dan fotokopi paspor (halaman identitas beserta visa/cap negara-negara yang telah dikunjungi) - Formulir aplikasi visa (dengan satu lembar foto yang ditempel pada kolo

Pilih murah atau mahal?

Kalau ngomong soal liburan, mostly identik dengan yang namanya ticket pesawat apalagi kalau sudah liburan nyebrang pulau atau negara. Nah yang bikin niat liburan jadi maju mundur itu salah satunya adalah harga tiket pesawat yang serba mahal. Waktu jaman saya masih kecil (baca : imut :)), pilihan maskapai penerbangan tidak sevariatif seperti sekarang. Seingat saya, maskapai nasional yang terkenal itu seperti Garuda dan Merpati. Jangan ditanya harga tiketnya berapa...yang pasti mahal sehingga kalau nggak penting-penting amat, ya nggak perlu liburan yang jauh supaya nggak perlu beli tiket pesawat. Lain dulu lain sekarang. Saya berterima kasih sekali untuk seluruh pihak yang menyediakan budget airline sehingga naik pesawat pun sekarang bisa menyenangkan tanpa takut kantong kering. Karena budget airline pun, menurut saya membuat Full Service Airline memberikan harga kompetitif sehingga bisa tetap menarik minat penumpang penerbangan. Nah, semenjak saya bekerja di pertengahan 2009